Home

Rupiah Pertama


Saya putri seroja nasution anak ke-5 dari 5 bersaudara dari kecil saya di didik mandiri, segala sesuatu yang saya inginkan tidak bisa didapat dengan mudah harus ada usaha didalamnya. Saya senang dan beruntung hidup di lingkungan yang sederhana dan penuh bahagia. Saya tipe orang yang banyak maunya, jadi mulai dari kecil saya harus menabung untuk membeli sesuatu yang saya suka, itulah salah satu contoh bentuk kemandirian saya.
Waktu itu umur saya 9 tahun dan saya kelas  4 SD di Min Sei Agul, melihat teman-teman seumuran saya memiliki boneka Barbie yang cantik terbesit dibenak saya bahwa saya juga harus punya boneka seperti itua, tapi dilain hal saya sadar bagaimana saya mendapatkan uang untuk membeli boneka itu, saya tidak mungkin meninta kepada omak karena sudah pasti jawaban omak tidak. Semakin lama semakin besar rasa ingin memiliki boneka itu, dan tiba saatnya saya berfikir mencari akal agar saya mendapatkan uang untuk membeli boneka cantik itu.
Hari kemerdekaan Indonesia, awalnya saya melihat tetangga sebelah dihari yang special ini, mereka berjualan bihun, kue, dan aneka macam minuman, kemudian terbesit dipikiran saya “wah…, saya ingin berjualan dengan demikian saya akan mendapat uang untuk beli boneka itu.” Detik itu juga saya belari kearah omak sambil teriak-teriak memanggil omak yang saat itu sedang mencuci pakaian, saya berkata kepada omak “mak, ayolah kita berjualan didepan rumah seperti ibu tetangga itu mak, didepan rumah ramai sekali mak, biar saya saja yang bertugas menjaga  dagangannya mak, kita jual buah jeruk pakai somboy dan salak saja mak, ya mak ya”. Saya begitu bersemangat semaksa omak untuk berjualan karena dengan begitu peluang  saya semakin dekat untuk membeli boneka Barbie yang saat itu harganya Rp. 6000,-.
Dengan wajah yang heran omak berkata kepada anak bungsunya ini yang terlalu bersemangat dan mendesaknya, omak berkata “iya dek puput nanti sehabis mencuci omak pergi kepasar membeli jeruk dan salah plus somboy permintaan kau”. Dengan perasaan yang tidak disangka sangka ternyata omak bersedia membelikannya untukku, aku senang sekali karena tinggal selangkah…selangkah lagi, Barbie itu menjadi miliku. Saya harus berjualan dengan semangat.
Hari begitu cerah orang-orang berlalu lalang kesana kemari.  Di depan rumah saya terdapat pohon pinang yang berdiri tegak menjulang kelangit, inilah tempat dimana akandiadakan lomba panjat pinang tepat berada di depan rumah saya. Saat itu saya berdiri di dekat pagar tumahmenunggu kedatanga omak, dan tak lama kemudian setelah saya menunggu kurang lebih 25 menit  omak pun tiba dengan membawa pesanan saya, dengan segera saya ambil bawaan omak dan memilah milahnya.
Saat itu juga saya mengambil meja dan kursi plastik yang ada diteras rumah dengan sigap saya meletakkan dua benda itu ke depan rumah, kemudian saya ambil beberapa mangkok saya tuangkan buah-buahan itu ke dalam mangkok dan  saya bawa ke depan  kemudian saya tata semenarik mungkin. Pada akhirnya segala sesuatunya telah selesai dan saya siap berjualan.
Panasnya matahari tidak mematahkan semangat  saya untuk berjualan. Saya perhatikan satu per satu orang yang berlalu lalang, waktu itu saya menjual jeruk Rp. 250,- dan salak Rp. 200,-. Lama saya menunggu dan akhirnya dimenit ke 20 seorang anak kecil membeli jeruk pakai somboy, dia mengeluarkan uang Rp. 250. Betapa bahagianya hati saya mendapatkan uang pertama saya Rp. 250,-, mulai dari pukul 11.30 sampai 4.00 wib saya berjualan dan menunggu juga berdoa agar jualan saya habis terjual semuanya, tetapi manusia hanya bisa berkhayal dan Allahlah yangmenentukan rezeki.
Sore itu tepat pukul 4:00 wib, saya hanya mendapatkan Rp. 4000,- dengan badan lesu saya menghampiri omak dan berkata “mak buahnya gak laku, hanya dapat duit 4.500 mak”. Omak hanya tersenyum serta memperhatikan tingkah saya yang membereskan dagangan. Sedih bercampur senang walaupun saya tidak berhasil menjual semua buah-buahan saya, tapi saya senang saat menerima uang pertama saya, ada perasaaan bangga tersendiri yan gmengalir ke tubuh saya.
Menjelang malam, tubuh saya terasa pegal-pegal disertai hawa dingan yang membelenggu kaki dan hawa panas mengelilingi bangian kepala saya. Saya terkena demam , omak merawat saya dan menasehati saya. Omak berkata “adek tidak boleh telalu memaksakan diri berjualan buah-buahan itu”. Saya hanya mendengarkan omak sembari saya berbaring ditempat tidur. Kemudian omak bertanya lagi.” Adek kenapa mau berjualan buah itu, kalau adek pengen uang jajan bilang sama omak, nanti omak berikan untuk adik”. Dengan keragu raguab saya menjawab pertanyaan omak. “ mak, adek pengen ngumpulin uang untuk bei boneka Barbie mak”. Dengan wajah sedih bercampur bangga omak memeluk saya dan berkata “ anaku sayang jika kamu mau omak akan membelikan boneka Barbie buat kamu besok sayang”. “bener mak, terima kasih mak”. Ucapku sembari memeluk omak.

0 komentar:

Posting Komentar